Sabtu, 03 Desember 2011

Perlukah Akal Sehat Dalam Suksesi

Perlukah Akal Sehat Dalam Suksesi
Oleh
Muhammad Nurul Huda[1]
Martin Jay, mengatakan ‘tidak semua diatur oleh langit’. Dengan ungkapan itu, maka akan dicoba untuk mengoreksi terhadap beberapa sikap yang kurang sempurna dilakukan oleh beberapa pengkritisi terhadap wacana yang ingin ‘membuang’ salah satu calon peserta pemilukada Kota Pekanbaru. Tentu saja, wacana ini sangatlah baik. mengapa sangat baik, karena dengan wacana ini berkembang pula pola-pola pengkritisi arah dan tujuan kemana wacana tersebut dilemparkan. Lagipula, sejauh ini, yang saya lihat adalah berkembangnya wacana tersebut tidak toleran, akan tetapi lebih banyak yang ‘menyerang’ sesuatu yang diluar akal sehat manusia. Tentu saja, hal tersebut semestinya dihindari agar kesesatan berpikir lebih lanjut tidak menghinggapi dalam cara berpikir selanjutnya.
Cara berpikir selanjutnya, apakah wacana untuk ‘membuang’ salah satu calon itu sah dalam politik!! Tentu saja, ini sangat mungkin, karena, dalam politik semuanya tidak dapat diukur dengan rasional, akan tetapi yang irasional (Karl R. Popper) itu harus mendapatkan perhitungan yang lebih banyak dari yang rasional.
Tentu saja, yang irasional ini juga harus diukur dengan irasional, bagaimana cara mengukurnya!! Cara mengukurnya tentu saja tidak mudah, akan tetapi keptusan irasional ini baru bisa diketahui setelah semuanya terjadi dan menjadi fakta yang tidak terbantahkan, yaitu dengan tidak adanya lagi saingan yang utuh dalam perebutan kekuasaan tersebut.
Namun demikian, seringkali keputusan-keputusan yang irasional sering menyalahi sistem pemikiran yang dangkal. Sistem pemikiran yang dangkal inilah nantinya tidak menerima keputusan politik yang diambil, hal ini diakibatkan oleh rasa kebencian ‘yang hitam’, rasa ‘permusuhan’ dan ‘ketidaksukaan’, dan keberpihakan untuk memenangkan salah satu calon (walaupun mereka tidak sebagai tim dalam salah satu calon).
Banyaknya kesalahan berpikir dan keberpihakan sejak awal, tentu saja tidak salah, akan tetapi seketika keberpihakan anda sudah gagal, maka tentu saja anda harus mengatakan bahwa cara berpikir yang selama ini ada adalah salah. Pengakuan bersyarat ini tentu saja harus diakui secara diam-diam, ketika pengakuan tersebut anda buka ke umum yang terjadi pada saat tersebut ialah bahwa memang anda perlu membuka kembali lembaran-lembaran catatan sejarah penting dalam perebutan kekuasaan yang terjadi dibelahan dunia lain. Membuka lembaran-lembaran yang ada di dunia lain ini adalah penting. Seketika anda sudah cukup membuka lembaran-lembaran sejarah yang ada di dunia lain, dan menemukan sesuatu yang yang tidak jauh beda, dengan demikian anda sudah mulai mengatakan bahwa yang terjadi seperti itu sangat mungkin dan mungkin sekali.
Apapun itu, yang selalu membuat negara jadi neraka di bumi ini adalah manusia yang justru ingin mengubahnya jadi surga baginya (F. Hoelderlin). Terakhir, penutup dalam tulisan ini saya ingin mengatakan bahwa, sesungguhnya apa yang terjadi di dalam Pemilukada Kota Pekanbaru (dan mungkin saja di Pemilu/kada yang lain) adalah sesuatu yang irasional. Tentunya ‘permainan’ (politik) irasional dimana pun ada, akan tetapi cara-nya saja yang mungkin berbeda.


[1] Managing Director Research Institute and Study of Riau Society

Tidak ada komentar:

Posting Komentar